Atnike, Ditanganmu DILANS Berharap

PERTAMA kali saya mengenal Atnike Nova Sigiro hampir setahun lalu yang diundang sebagai nara sumber saat deklarasi pergerakan Disabilitas dan Lansia bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional, 3 Desember 2021.

Mendengar apa yang dipaparkan saat itu, saya dan kawan-kawan yang hadir mendapatkan suatu perspektif yang kaya soal disabilitas dan HAM, dan prakteknya di berbagai negara. Barangkali orang yang berwawasan yang berposisi sebagai intelektual organik seperti inilah yang harusnya mendapatkan tempat yang layak di Republik ini.

Karenanya ketika, sahabat saya Ahmad Salman menyampaikan permohonan dukungan untuk pencalonan Atnike menjadi Komisioner Komnas HAM (2022-2027), saya bersama DIdi Yakub menyanggupinya untuk memberikan surat dukungan. Ikhtiar minimalis yang biasa kami lakukan dalam mendukung seorang kawan yang ingin bertarung dalam posisi bergengsi apapun seperti pemilihan Komisioner Komisi Nasional Komnas HAM.

Saya kurang tahu persis apa yang memungkinkan dirinya terpilih, tapi setiap tahap yang dilaluinya selalu disampikan dalam grup WA kecil “Surat Dukungan untuk Atnike”.

Bukan substansi yang didiskusikan,. Tetapi sekedar do’a dan harapan, “Saya lolos ke tahap selanjutnya, Mohon do’anya”, kira-kira sesederhana itu postingnya.

Saya selalu mengamininya. Hanya itu yang mungkin saya bisa perbuat. Saya yakin ada suatu pertarungan dan kegigihan yang luar biasa ketika daftar calon yang lolos dalam setiap tahapannya dibagikan kepada kami.

Proses yang panjang itu akhirnya telah menempatkannya sebagai seorang Komisioner yang punya tanggung jawab besar dalam melindungi dan menegakkan HAM di Indonesia. Karenanya ketika undangan selamatan dari Bung Iwan Nurdin dari Lokataru Foundation dua hari dikirimkan, saya menyanggupinya untuk datang. Ada aspirasi yang ingin saya sampaikan langsung padanya.

Andaikan selamatan itu pada akhirnya merupakan pertemuan terakhir, saya tidak akan pernah menyesal, anggap saja pengingat bagi saya dan kawan-kawan yang selama ini berada di jalur memperjuangkan kepentingan publik.

Mudah-mudahan itu tidak terjadi. Saya yakin itu tidak ada pada diri seorang Atnike. Para aktivis yang dibesarkan di Lokataru Foundation punya rekam jejak sebagai pembela HAM (human rights defender) yang konsisten.

Dalam kesempatan itu saya menyampaikan harapan pada Ketua Komas HAM yang baru ini, khususnya soal kesetaraan penyandang disabilitas dan lansia yang saat ini saya perjuangkan bersama kawan-kawan di Pergerakan DIsabilitas dan Lanjut Usia Indonesia (DILANS-Indonesia).

Warga DILANS Indonesia yang berjumlah lebih dari 50 juta orang itu (penyandang disabilitas 23 juta orang, lansia 30 jutaan) tidak gampang hidupnya. Selain secara alamiah fisik yang makin menurun, sebagian besar kemampuan ekonominyapun makin terbatas. Kita belum sepenuhnya mempraktekkan apa yang sudah diratifikasi dalam Konvensi PBB, UU 13/1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, UU 39/1999 tentang HAM, UU 8/2016 tentang Penyandang Disabilitas, dan berbagai peraturan turunan untuk.melengkapinya.


Perlu percepatan dalam merealisasikannya. Waktu tidak bersama kita. Selain krisis pandemi yang sudah kita hadapi dalam dua tahun terakhir, krisis iklim sudah membayangi dan sedang kita rasakan saat ini melalu berbagai bencana hidrometerologi.

Karenanya pada setiap kawan-kawan aktivis yang menjadi pejabat publik saya selalu berharap besar untuk melakukan terobosan pada institusi yang seringkali renta dalam menghadapi dinamika sosial yang juga seringkali meminggirkan warganya. Tidak hanya itu, kekerasan yang terus tumbuh ditengah arus pemikiran yang juga tidak berpihak.

Kekerasan yang dipicu dan berakar pada ketimpangan akses terhadap ekonomi, sosial, politik, budaya bahkan dominasi dikonstruksi untuk suatu kepentingan tertentu. Kekerasan dalam pengertian yang luas, termasuk ruang perkotaan seperti yang sering saya posting selama ini.

Gugatan terhadap kehidupan inklusif pada dasarnya gugatan terhadap kebijakan dan praktek pembangunan agar kepentingan publik dilindungi dan diakses secara setara, termasuk warga rentan seperti penyandang disabilitas dan lansia.

“No One Left Behind” harus juga diniatkan disandingkan dengan “Nothing about Us, without Us”.

Saya sangat mengapresiasi ketika Atnike bersedia untuk menyampaikan pesan pendek buat warga DILANS-Indonesia yang saya rekam langsung. Tidak hanya itu, kesediannya untuk menghadiri undangan peringatan Haris Disabilitas Internasional tahun ini bersama kami.

Itu saja catatan kecil saya. Insha Allah dalam dua minggu kedepan bangsa ini mempunyai Komisioner Komnas HAM yang baru. Selamat Bekerja buat Atnike dan seluruh Komisioner Komnas HAM yang terpilih.

Siti Nurbaya Bakar Alue Dohong Rasio Ridho Sani Abetnego Tarigan Ida Ayu Sri Sundari Undang Permana Segah Patianom Andar Manik Full Anang Eska Fadjroel Rachman Yana ‘Rase’ Mulyana Didi Ruswandi Abdon Nababan Ari Mochamad Doddy Sukadri Susane Febriyati Uha LakaLawan BalaKabeh Swary Utami Dewi Andri Novi Hendrarto Isti Nugroho Dadang Sudardja Aden Achmad Djumono Ogest Yogaswara Nina Brabo Idamom Mukhibban Darma Bakti Hery Udo Zack Soeteja Jilal Mardhani Agus Riyanto Ipung Purwandono

#dilansindonesia #ecosocrights #HAM4DILANS #IndonesiaInklusif #wargaaktifbirokratresponsif #bbc76comminity