DILANS & PEMILU 2024
Oleh: Farhan Helmy (Presiden DILANS Indonesia)

Ditengah riuh rendahnya banyak sahabat saya yang sudah mulai meramaikan jagat maya menjelang Pemilu 2024, terutama Pilpres, mulai menanyakan kepada siapa aspirasi saya salurkan.
Sebagai pemegang mandat, saya diberi amanah sebagai Presiden DILANS Indonesia. Walaupun saya punya preferensi tertentu tentang calon siapapun Capres/Cagub/Cakot/DPR/DPRD, kode etik organisasi untuk para pengurusnya melarang menjadi partisan. Tidak hanya itu pro terhadap keberlanjutan (non-antroposentrik), partisipatif, terbuka dan progresif terhadap setiap perubahan untuk memperbaiki keadaan.
Ini bukan prinsip yang naif. Isu disabilitas dan lansia (#DILANS) adalah universal, bukan isu partisan. Perwujudannya bagian dari HAM, baik penghormatan, perlindungan maupun pemenuhannya. Karenanya harus diperjuangkan oleh siapapun yang nantinya akan mendapatkan amanah di republik ini untuk memimpin pada setiap tingkatan: nasional, provinsi, kabupaten/kota/Camat/Lurah/RW/RT bahkan pada level warga dan komunitas.
Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas dan lansia haruslah menyeluruh, sistemik, dan tidak karikatif. Realitas keseharian yang saya dan banyak kawan DILANS jalani yang sering diposting diberbagai grup WA, sosial media, ataupun berbagai kerumunan mestinya memberikan inspirasi, banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan dan dijalankan secara konsisten dan menerus dari waktu ke waktu.
Itulah salah satu spirit kenapa saya ikut di berbagai kerumunan dengan berbagai latar belakang yang beragam (agama, ras, politik, pendidikan, ekonomi, disabilitas, etc.)
Dengan menurunnya kemampuan fisik dan ekonomi, sebagian besar hidup warga DILANS itu susah.
Saat ini di dunia jumlah penyandang disabilitas dengan berbagai jenisnya diperkirakan lebih dari 1 Milyar orang (WHO), jumlah yang sama penduduk yang berusia diatas 60 tahun (lansia). Di Indonesia diantaranya lebih dari 50 juta orang dengan 23 juta orang penyandang disabilitas dan lebih dari 30 jutaan warga lansia (BPS). Kelompok ini rentan terhadap terhadap berbagai disrupsi, dan diskriminasi, karena sebagian besar kemampuan fisik dan ekonominya menurun dan resiliensinya karena berbagai isu kekinian seperti bencana, dan krisis iklim dan berbagai isu yang terkait.
Jumlah yang besar ini memerlukan percepatan dalam mengatasinya baik intervensi kebijakan, inovasi teknologi untuk mempermudah keseharian (assistive technology), peningkatan kapasitas untuk bisa mandiri dan berdaya, maupun berbagai terobosan untuk kesetaraan dalam kehidupan ekonomi, sosial, budaya lainnya.
Salah satu upaya dilakukan DILANS Indonesia mengajak berbagai pihak baik aktor negara maupun non-negara. Kolaborasi pada berbagai tingkatan melalui pengembangan kebijakan, atau berbagai skema yang memungkinkan warga DILANS mendapatkan perlakuan yang setara baik ekonomi, sosial, politik, bahkan mengekspresikannya dalam kebudayaan.
Kolaborasi dengan Fakultas Senirupa dan Desain (FSRD) ITB untuk mendorong mengembangkan sains, pengetahuan, teknologi berbasis desain universal adalah salah satu yang terkini. Yang lainnya sedang berlangsung bersama BBC76 Community of progressive arts and science for everyone, Pos Gabungan Siaga Bencana (POSGAB SB), SRI Institute, Tasrif’s Modeling Team, SRI Institute, Bandung Waktoe Itoe (BWI), Indonesia Big Wall Expedition (IBEX), dan lainnya.
Karenanya kami menyediakan suatu forum dialog *DILANS Policy and Innovation Dialogue* (DPID) sebagai tempat dan jejaring untuk mempertukarkan dan menyebarkan gagasan bagi siapapun yang ingin ikut serta dalam menyelesaikan soal ini. Kami percaya bahwa kepentingan publik harus dijaga agar tetap sehat melalui suatu komunikasi dan wacana yang rasional. Dengan begitu kita yakin bahwa NKRI yang dicita-citakan para founding fathers itu benar-benar diwujudkan oleh generasi penerusnya. Bukan era mengalihkan spirit penjajahan terhadap warganya sendiri atas nama kepentingan sesaat dan partisan.
Itu kira-kira respon saya terhadap berbagai pertanyaan yang disampaikan kepada saya secara pribadi. Inilah harapan saya dan kawan-kawan DILANS untuk kontestasi Pemilu 2024, mewujudkan masyarakat inklusif tanpa diskriminasi secara total.
Jakarta, 1 April 2023